—Untuk Segera Disebarkan—
Perusahaan Indonesial Menggunakan Taktik-Taktik “Tercela” Untuk Mendorong Proyek Pembunuh Orangutan
Sekelompok ilmuwan terkemuka sedang mengutuk perusahaan Indonesia PT North Sumatera Hydro Energy (PT NSHE) karena mendorong sebuah proyek yang menurut para ilmuwan tersebut dapat mencelakakan Orangutan Tapanuli yang terancam punah.
Hanya 800 ekor orangutan yang bertahan hidup di jalur hutan hujan (rainforest) yang semakin mengecil di Sumatra bagian utara, Indonesia.
“Proyek pembangkit listrik tenaga air tersebut dikutuk secara luas di Indonesia dan di tingkat internasional. Sebagai tanggapan, PT NSHE sedang menekan dan membujuk para ilmuwan, membagi-bagi uang untuk membeli pengaruh, membuat pernyataan palsu, dan sekarang mempekerjakan firma humas yang memiliki keahlian di bidang manajemen krisis perusahaan,” ujar Profesor William Laurance dari Universitas James Cook di Australia.
“Taktik-taktik ini benar-benar tercela,” kata Laurance.
“Firma humas tersebut mendesak pertemuan tatap muka dengan banyak ilmuwan, sambil mengulang argumen-argumen palsu dari perusahaan tersebut,” kata Profesor Erik Meijaard dari Borneo Futures Initiative di Brunei. Pada tahun 1997, Meijaard merupakan ilmuwan pertama yang menemukan orangutan Tapanuli di alam liar.
“Proyek yang ingin dibangun oleh PT NSHE, dengan pendanaan dari Tiongkok sebesar $1,6 miliar, akan merusak wilayah-wilayah paling penting dari rumah kecil kera-kera tersebut,” kata Dr Mohammed Alamgir dari Universitas Chittagong di Bangladesh.
Pada tanggal 25 Juli, para ilmuwan lingkungan dan ahli ekonomi, yang mewakili setiap kawasan utama dunia, menulis surat kepada Presiden Indonesia Joko Widodo mendesak beliau untuk menghentikan proyek pembangkit listrik tenaga air tersebut.
Para peneliti mengatakan bahwa rencana proyek pembangkit listrik tenaga air ini, yang disebut Batang Toru, gagal bekerja saat diinspeksi dari dekat (lihat di bawah). Baik International Finance Corporation Bank Dunia maupun Asian Development Bank menolak untuk membantu proyek yang sama, terutama karena alasan masalah lingkungan.
Kemarin (9 Agustus), organisasi lingkungan terbesar di Indonesia, WALHI, memulai tuntutan hukum terhadap pemerintah provinsi Sumatra Utara karena menyetujui proyek tersebut.
Faktor utama dalam gelombang besar oposisi tersebut adalah keberadaan orangutan Tapanuli, spesies kera besar paling langka. “Penelitian kami menunjukkan bahwa di tempat munculnya jalan-jalan dan pembangunan lain, kera ini menghilang,” ujar Alamgir. “Kera ini hanya hidup di pepohonan dan tidak dapat bertahan hidup tanpa hutan-hutan yang utuh.”
“Saya sudah mengurusi masalah-masalah serupa selama empat puluh tahun, dan saya kira saya sudah melihat semuanya— korupsi, ancaman, pelobi-pelobi berbayaran tinggi. Tapi saya tidak pernah melihat perusahaan yang menggunakan firma humas untuk melawan konsensus ilmiah dan membingungkan masyarakat umum,” kata Laurance.
“Hal ini menunjukkan bahwa jika ada banyak uang yang tersangkut, beberapa perusahaan akan melakukan apa saja untuk mendapatkan apa yang mereka mau— meskipun para ahli terkenal di dunia memberi tahu mereka bahwa itu ide buruk,” kata Laurance.
“Kami mendesak masyarakat Indonesia dan para pengusaha internasional untuk menghindari hubungan dengan PT NSHE. Bank of China, khususnya, harus menjauh dari PT NSHE atau bank tersebut akan sama bersalahnya karena berurusan dengan kemungkinan penyebab kematian salah satu kerabat hidup terdekat kita,” kata Laurance.
Untuk informasi lebih lanjut, kontak:
Distinguished Research Professor William Laurance
Direktur Pusat Ilmu Lingkungan Tropis dan Ilmu Kesinambungan, Universitas James Cook, Cairns, Australia
E-mail: bill.laurance@jcu.edu.au (dipantau terus menerus; Profesor Laurance dapat melakukan wawancara lewat telepon atau Skype)
Lihat Lampiran: Kebohongan Utama dari PT NSHE
Surat Para Ilmuwan kepada Presiden Indonesia tersedia dalam bahasa Inggris dan bahasa Indonesia.
Foto-foto dan tulisan penjelasan tersedia di sini
LAMPIRAN:
Kebohongan-Kebohongan Tentang Proyek Hidro Batang Toru di Sumatera Utara dari PT North Sumatera Hydro Energy (PT NSHE)
Kebohongan 1: Orangutan Tapanuli tidak menggunakan wilayah yang akan terkena dampak proyek hidro.
Salah. Justru wilayah yang akan terpengaruh adalah habitat utama mereka, di mana populasi mereka paling tinggi. Habitat-habitat ini adalah hutan hujan di atas tanah aluvial yang kaya, yang kemungkinan besar berfungsi sebagai 'sumber populasi' penting (area dengan jumlah hewan berkembang biak yang tinggi), yang sangat penting untuk mempertahankan populasi secara keseluruhan.
Pentingnya, orangutan Tapanuli memiliki tingkat reproduksi yang sangat rendah (perempuan hanya melahirkan satu anak setiap 6-8 tahun dan hanya di atas usia 15 tahun) maka mereka sangat rentan terhadap kematian. Selain itu, spesies ini khusus bersifat arboreal, hidup hanya di pepohonan dan tidak pernah turun ke tanah. Bahkan penebangan hutan kecil-kecilan, seperti jalanan tanpa atasan pohon, dapat mengganggu dan mengisolasi populasi mereka.
KEBOHONGAN 2: ORANGUTAN-ORANGUTAN SUDAH TERPISAH MENJADI POPULASI BARAT DAN TIMUR OLEH SUNGAI BATANG TORU.
Salah. Gambar resolusi tinggi hasil remote-sensing memperlihatkan banyak koneksi hutan melintasi Sungai Batang Toru, yang memungkinkan orangutan Tapanuli menyeberangi sungai tersebut. Hal ini sangat memungkinkan spesies ini bertahan dalam 'populasi meta'—serangkaian populasi kecil yang terkoneksi antara satu sama lain secara genetik dan demografis.
Secara keseluruhan, populasi orangutan yang bertahan hidup sangat kecil dan sangat rentan, dan akan menjadi jauh lebih terancam apabila terpecah menjadi sub populasi yang semakin mengecil dan terisolasi.
KEBOHONGAN 3: PROYEK HIDRO BATANG TORU TIDAK AKAN MEMBAHAYAKAN ORANGUTAN ATAU EKOSISTEMNYA.
Sangat salah. Proyek ini akan memotong jantung rentang geografis orangutan Tapanuli dengan jalan raya, saluran listrik, banjir bendungan, dan pekerjaan tanah besar-besaran yang akan sebanding dengan penggalian cabang utama kereta bawah tanah London di Inggris (pipa selebar 10 meter yang panjangnya 14 kilometer dan hanya sebagian yang terkubur, membutuhkan penggalian besar- besaran, penerowongan, pemakaian jalan, dan pembuangan di hutan).
Di Indonesia, konsekuensi yang hampir universal dari proyek-proyek infrastruktur tersebut adalah membuka kotak Pandora berisi dampak-dampak sekunder yang disebabkan oleh perburuan liar dan penebangan liar, penambangan, pertanian, dan pembakaran hutan. Efek-efek sekunder ini biasanya memperbesar skala geografis dan intensitas dampak lingkungan dari proyek asli hingga berkali-kali lipat.
Proyek ini juga akan menghancurkan sungai besar yang mengalir melalui jantung habitat orangutan. Air sungai akan dialihkan ke bendungan yang banjir, dengan hanya sedikit aliran aslinya yang dibiarkan tersisa (1-2 meter kubik air per detik, dibandingkan dengan aliran alami 40-400 meter kubik per detik).
Perusakan sungai ini akan membunuh ikan dan kehidupan akuatik yang bergantung pada sungai dan memelihara perikanan lokal, dan memungkinkan sungai itu sendiri menjadi 'koridor kematian'— karena memungkinkan pemburu dan perambah untuk mendaki ke jantung habitat orangutan melalui sungai kering.
Secara keseluruhan, hilangnya habitat, fragmentasi habitat, kebakaran, perburuan, dan ancaman lain dari proyek hidro dan dampak sekundernya dapat benar-benar mengancam orangutan Tapanuli—yang rentang geografisnya hanya sekecil 1.200 kilometer persegi di wilayah itu, lebih kecil dari kebanyakan kota (1/10 ukuran Sydney, Australia, dan jauh kurang dari 1/2 ukuran Hong Kong).
Banyak spesies langka lainnya, termasuk harimau Sumatera yang terancam punah, juga akan dirugikan oleh proyek dan dampaknya.
KEBOHONGAN 4: PROYEK BATANG TORU PUNYA LANDASAN YANG SANGAT KUAT.
Salah. Proyek ini memiliki salah satu rasio manfaat/biaya terendah dari semua proyek pembangkit listrik tenaga air yang direncanakan di dunia. Proyek ini hanya akan menghasilkan 510 megawatt energi selama 6 jam setiap hari, dengan biaya yang diproyeksikan lebih dari $ 1,6 miliar.
Tidak ada kebutuhan mendesak untuk energi ini, dan ada alternatif lain yang layak untuk memproduksi energi. Sebagai contoh, proyek geotermal yang diusulkan di dekat lokasi diperkirakan akan menghasilkan 330 megawatt energi, namun dengan mudah dapat ditingkatkan menjadi 1.000 megawatt.
Wilayah yang direncanakan untuk proyek sangat aktif secara geologis dan membawa risiko tinggi gempa bumi yang berpotensi menyebabkan kegagalan proyek parah dan banjir hilir. Pada tahun 2004, tsunami yang disebabkan oleh gempa laut di area sekitar menewaskan 250.000 orang di Aceh. Tanggal 5 Agustus lalu, gempa bumi menewaskan 130 orang dan menyebabkan kerusakan properti yang sangat besar di Lombok.
Komunitas lokal di bagian hilir proyek Batang Toru telah menyatakan kekhawatiran mereka berulang kali tentang dampak potensial proyek terhadap pasokan air mereka, kualitas air, risiko banjir, dan perikanan lokal.