—For immediate distribution—
Para Ahli: Proyek bendungan mengancam kera besar terlangka di dunia
Dua puluh lima ahli lingkungan hidup terkemuka di dunia telah mengecam rencana untuk membangun proyek pembangkit listrik tenaga air di Sumatera Utara, Indonesia, karena akan membahayakan spesies kera besar terlangka di dunia.
“Orangutan Tapanuli baru dideskripsikan oleh ilmuwan tahun lalu, dan mereka terkejut saat menyadari bahwa hanya kurang dari 800 individu yang masih hidup,” kata Onrizal Onrizal, peneliti kehutanan dari Universitas Sumatera Utara di Sumatera Utara, satu-satunya Provinsi di Indonesia dimana kera besar ini masih bertahan hidup.
"Karakteristik paling mendesak dari spesies ini adalah, ketika jalan muncul, ia menghilang," kata William Laurance dari James Cook University di Australia, yang memimpin sebuah studi penting tentang kera besar ini. "Habitat terakhir mereka yang sudah sangat kecil sedang dihancurkan oleh pembukaan hutan ilegal, penebangan, dan perburuan, dan semua hal itu terjadi di sekitar jalan."
“Proyek PLTA senilai $ 1,6 miliar - yang didukung oleh Bank of China dan Sinohydro, pemain pengembangan pembangkit tenaga air yang penting dari China - direncanakan tepat di tengah habitat terakhir kera besar itu, dan akan membelahnya dengan jalan, jaringan listrik, dan terowongan, dan membanjiri habitat kritis juga, ”kata Laurance.
Para ahli telah menguraikan keprihatinan mereka dalam sebuah surat yang diserahkan secara langsung kepada Presiden Indonesia Joko Widodo, dan para pemimpin Indonesia lainnya, hari ini.
“Kami di Indonesia memiliki tanggung jawab internasional untuk melindungi kera besar yang unik ini,” kata Prof. Dr. Jatna Supriatna, ahli primata di Universitas Indonesia di Jakarta. “Dengan menyelamatkan habitatnya kami juga akan membantu melindungi banyak spesies langka lainnya, seperti harimau Sumatra yang terancam punah.”
Para 25 ilmuwan terkemuka, adalah anggota kelompok yang disebut ALERT — Aliansi Para Peneliti & Pemikir Lingkungan Terkemuka — memiliki perwakilan dari kawasan Pasifik, Amerika Utara dan Selatan, Eropa, dan Asia, termasuk Indonesia dan Cina.
Para ilmuwan ALERT mengatakan proyek bendungan ini, yang dikenal sebagai PLTA Batang Toru, ditolak dukungan oleh penyandang dana besar lainnya seperti International Finance Corporation dari Bank Dunia, yang menilai habitat kera ini terlalu sensitif dari sisi lingkungan untuk pembangunan PLTA.
“Dalam konteks itu, sangat mengejutkan bahwa Bank of China, Sinohydro, dan mitra Indonesia mereka terus mendorong proyek ini dengan keras,” kata Laurance. "Dan mereka menggunakan informasi yang salah untuk memajukan kasus mereka."
"Listrik yang rencana dihasilkan oleh proyek pembangkit listrik tenaga air ini tidak begitu dibutuhka dan ada alternatif yang lebih ramah lingkungan," kata Onrizal Onrizal. “Dan orangutan Tapanuli dinilai sebagai Sangat Terancam Kritis, tingkat kerterancaman yang paling mengkhawatirkan.
"Membangun PLTA ini akan memalukan Indonesia dan Cina di mata dunia," kata Onrizal.
“Orangutan Tapanuli adalah salah satu kerabat terdekat kita— bagaimana kita bisa mengambil risiko mengorbankannya untuk manfaat terbatas semacam itu?”
Untuk informasi lebih lanjut, hubungi:
Distinguished Professor William Laurance
Director, Centre for Tropical Environmental and Sustainability Science
James Cook University, Cairns, Australia
Email: bill.laurance@jcu.edu.au (monitored continuously; Professor Laurance will reply immediately and can communicate via phone, Skype, or email)
Surat kepada Presiden Indonesia tersedia di sini: http://alert-conservation.org/tapanuli-orangutan-scientist-letter-indonesian
Foto dan keterangan tersedia di sini: https://www.dropbox.com/home/TREE-images%20%26%20video